touch every thought with your heart
and u'll see something that was you won in your life

Relatifitas Hari Esok

Memasuki terminal Bawen kota Salatiga, diiringi music dangdut “malam terakhir” yang disenandungkan oleh pengamen terminal yang bersuara merdu, bergaya ala Bang Roma. Aku masih terdiam memasuki alam fikirku yang tak kunjung menemukan ujungnya.
Aku masih saja mengharapkannya, seseorang yang aku tak tahui siapa dan bagaimanakah dirinya. Yang kutahu saat ini, aku ingin fikirku pergi jauh darinya. Hingga aku memutuskan untuk berangkat ke kota Solo siang ini.
Dalam keadaan basah kuyup kumasuki bus antarkota jurusan Semarang-Solo yang kuharap akan membawaku ke jalur baru dalam hidupku. Aku memilih tempat duduk favoritku, tepat di pinggir jendela, itupun agar aku dapat menikmati sepanjang perjalann yang kulalui.
Ingin menangis rasanya bila teringat kejadian yang baru saja menimpaku. Ketika aku harus menahan malu dan sakit ketika aku terpeleset jatuh di depan halte yang kujadikan tempat menunggu bus yang saat ini kutumpangi. Saat itu aku tidak hanya jatuh secara fisik, tetapi juga secara mental karena akhir-akhir ini begitu banyak masalah menimpaku. Dan aku harus menjalaninya dengan ditemani kesendirianku. Hampir saja tangisku meledak jika saja aku tidak teringat bahwa umurku kini telah menginjak duapuluh tahun.
Langit masih segan menghentikan curahan airnya. Seolah langit ingin terus menangis karena menahan kesedihan melihat bumi ini yang semakin dikotori oleh berjuta tingkah polah manusia yang sering tak bertanggung jawab. Meski jika ditinjau secara ilmu pengetahuan alam, hujan dapat dijelaskan secara nalar. Hanya saja bagiku, akhir-akhir ini langit seolah enggan menghentikan tangis jika di dunia ini semakin sulit ditemui manusia-manusia yang mau mendekatkan diri kepada Rabbnya.
Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam. Karena bagiku saat seperti ini adalah moment berharga dimana aku dapat tenggelam dalam impian dan harapan yang menyemai dalam fikirku. Bahkan tak jarang aku Jatuh terlelap dalam bayang buaian mimpi yang ingin terus kurajut.
Sejenak aku teringat dengan berbagai hal-hal terberat yang pernah kualami. Ketika aku harus mengikhlaskan orang yang begitu kusayangi dan penopang hidupku untuk pergi menghadap-Nya. Meski berat, aku tetap tabah. Tak tega rasanya ketika hari-hariku harus kuisi dengan melihat penderitaannya yang menahan sakit yang mendera. Karena kuharap Ibu kan lebih bahagia jika berada di dekat-Nya dan meskipun dia tak lagi disisiku aku bisa tetap bersamanya dihatiku. Dari hal itu aku belajar, bahwa apa yang kualami hari ini adalah sesuatu yang dapat menjadikanku kuat di masa yang akan datang.
Ingatanku kembali pada sesorang yang beberapa bulan ini mengisi memoriku secara tak langsung. Sebenarnya, mungkin ini bukan kali pertama kau merasakan perasaan yang sama , akan tetapi aku merasa ada yang berbeda. Aku belum pernah mengenalnya di dunia nyata. Bahkan aku tak tahu bagaimana rupa dan kehidupannya. Yang aku yakini dalam hatiku hanyalah, bahwa dia adalah sosok pemuda yang baik, ramah, sopan dan bertanggungjawab.Akan tetapi terkadang hati kecilku berkata bahwa aku terlalu naïf jika aku berani melabuhkan hatiku kepadanya. Aku belum cukup mengenalnya, dan begitupula sebaliknya.
Tapi entah mengapa aku begitu yakin bahwa dia adalah orang yang baik. Orang yang selalu menjaga hati dan cinta-Nya kepada Rabbnya. Karena dalam hati aku selalu mencoba untuk yakin kepada janji Allah kepada hamba-Nya, mencoba untuk berprasangka baik pada Allah karena aku yakin bahwa Allah akan mengabulkan prasangka dalam hatiku. Minimal dengan berprasangka baik, membuat aku lebih optimis dalam menjalani hidup.
Seperti hari ini. Sesampainya di kota Solo, aku segera tersadar bahwa Allah SWT telah menguji prasangka baik dalam hatiku. Kalau aku mau, bisa saja aku menunda kepergiankuke kota Budaya ini. Mengingat kondisi keuangandan hujan deras yang sama sekali tidak mendukungku. Ditambah lagi aku masih punya setumpuk tugas kuliah yang belum sempat kukerjakan sehingga harus kubawa serta kertas dan buku kuliahku melancong ke kota Solo.
Tapi aku yakin, Allah akan membantuku untuk menyelesaikan ini semua. Maslah yang kini kuhadapi, harus kuselesaikan satu demi satu. Pertama aku harus melanjutkan perjalananku ke Sukoharjo, menuju rumah salah seorang rekan kerjaku yang terletak tidak jauh dari terminal. Menjadi anak pertama dalam keluargaku mau tidak mau membuat aku untuk memulai mencari penghasilan sendiri untuk di sela-sela tugas wajibku sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota Semarang. Aku tidak akan memperdulikan apa yang dikatakan orang, karena bagiku yang terpenting adalah aku mengerjakan pekerjaan yang jujur dan halal.
Sesampainya di rumah rekan kerja yang juga sahabatku seorang wanita yang sangat bijaksana, aku dipersilahkan keluarganya untuk mandi dan beristirahat. Akan tetapi waktu luang ini harus aku gunakan sebaik mungkin, aku membuka lembar demi lembar buku dan tugas kulaih yang telah aku siapkan di map khusus.
Pukul 19.00 WIB, aku bersiap untuk melanjutkan agendaku hari ini. Aku akan menghadiri seminar yang diadakan oleh perusahaan tempatku bekerja. Hingga pukul 21.00 seminar selesai, aku malah sangat terkejut karena salah seorang atasanku memberikan ide untuk aku realisasikan dalam skripsiku, padahal tadinya aku sama sekali belum memikirkannya.
Sekembalinya ke rumah sahabatku, aku bersiap untuk istirahat, tak lupa aku bersujud kepada-Nya Sang Pemilik alam semesta. Tak henti-hentinya aku bersyukur atas semua karunia-Nya di hari ini dan hari-hari sebelumnya. Meski tak segalanya tak berjalan semulus yang ada di angan. Bahkan aku tersadar aku mulai dapat menenangkan hatiku yang semula sempat tergelitik rasa cinta yang seharusnya hanya kujaga untuk-Nya. Aku sadar, bahwa hidupku terlalu singkat jika harus kuhabiskan untuk melakukan hal-hal yang tiada berguna. Untuk apa aku menghawatirkan hari depanku. Toh aku sendiri tak tahu sampai kapan aku hidup.
Aku teringat kembali surah An-Nahl dalam Al Qur’anul Kariim ayat 1 yang menyebutkan: “Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”.
Untuk itulah aku harus melakukan yang terbaik hari ini karena hari esok belum tentu datangnya. Aku tahu aku hanyalah hamba yang jauh dari kata sempurna. Akan tetapi, menjadi seorang hamba, anak, calon istri dan calon ibu yang baik untuk keluarga dan agamaku saja kurasa sudah cukup bagiku. Dan yang terpenting, aku harus dapat bermanfaat untuk orang-orang di sekitarku.
Semarang 4 Juni 2009
0 komentar:

Followers

Mengenai Saya

Foto saya
Hanyalah ibu dari kedua adik laki-lakiku Yang mencoba untuk tetap bersyukur, atas segala hal yang telah Tuhan anugerahkan Kepadaku. Dan yang terus berusaha mewujudkan mimpi, membina sebuah keluarga kecil yang hidup dalam kejujuran dan cinta...

Arsip Blog