
Seperti malam-malam sebelumnya, seringkali mata tak dapat terpejam. Entah karena terlalu penat atau justru sebaliknya. Akhir-akhir ini teman-teman satu kos juga sering menjadi kalong yang setiap malam terjaga mencari mangsa dan alhasil molor sampai sang surya tak lagi malu-malu di peraduannya.
Sebenarnya aku tahu, saat ini hampir semua teman satu kos merasakan kegundahan yang sangat mendalam. Ada yang gundah karena skripsinya tak kunjung penelitian, ada yang gundah karena diminta segera menikah, ada yang gundah karena adik yang memiliki permintaan macam-macam, ada yang gundah karena deadline kerjaan, dan termasuk aku sendiri juga mersakan hal yang sama,meskipun aku tak tahu tepatnya apa yang membuat hati ini merasakan kegundahan yang mendalam.
Alhasil, tiap malam kami semua semakin menggila dengan segala macam hal yang dapat kami jadikan pelampiasan. Entah itu lewat chating, FB, dangdutan, bahkan memasak di tengah malam karena kelaparan gara-gara kebanyakan tertawa. Jam dinding yang sudah menunjukkan angka duabelas tengah malam-pun akan turut merasakan kegilaan karena kegaduhan yang kami buat seolah-olah waktu baru menunjukkan pukul delapan malam.
Aku tahu, ini bukanlah hal yang baik bagi kami semua. Mungkin sebagian orang akan beranggapan bahwa kami ini kumpulan wanita-wanita muda gila yang kebetulan menemukan gubuk yang sama, hobi yang sama, sifat dan terlebih lagi nasib yang sama. Tapi tahukah mereka, bahwa kami ini juga merupakan orang-orang yang agak bingung dikarenakan syndrome keparanoid-an kami akan ‘Masa Depan'.
Tak dapat dipungkiri, sebagian orang pasti akan merasakan hal ini. Namun kadar keparanoid-an itu berbeda bagi masing-masing orang. Dan kami mungkin termasuk sebagian penderita paling parah (terutama aku). Tahu sebabnya? Aku juga tak tahu pasti.
Suatu kali aku mencoba menceritakan hal ini kepada salah satu orang yang mungkin saja dapat membantu kami (atau lebih tepatnya membantuku) mencari tahu penyebab syndrome ini. Dan ternyata inilah hasilnya, kata orang itu aku ini menderita sebuah kelainan yang setara dengan dengki, iri, sombong, dll. Dan parahnya lagi (masih menurut analisis orang yang sama) kelainanku itu sudah cukup parah.
Deg…. Tak urung aku sangat kaget dibuatnya. Dalam hati aku beristighfar, dan berkata dalam hati, benarkah penyakitku separah itu? Mataku mulai berkaca-kaca, dan mulai mengintropeksi diri atas segala macam hal dalam hidupku. Aku mulai membenarkan setiap ucapan orang itu. Tanpa berani membela diri. Aku tak ingin terus-terusan tenggelam di dalam kubangan lumpur yang aku buat sendiri. Dan sudah tiga hari ini, aku mengikuti saran orang itu. Untuk dapat memperbaiki kesalahanku.
4 Desember 2011 pukul 06.02
Bagi sarannya dunk mbak ... sering galau melanda jika teringat yang dirumah, huhu ...
24 Desember 2011 pukul 17.04
Sudah sewajarnya dek, jika kegalauan datang melanda hati manusia.
Yang terpenting kuatkan hatimu untuk meretas segala ujian untuk menggapai mimpi yang tertanam dalam sanubarimu..
Dan Yakinlah bahwa Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuan hamba-Nya... ^_^
Posting Komentar