touch every thought with your heart
and u'll see something that was you won in your life

Kisah Cinta Ayah Bunda

Terkadang, pernah terbersit fikir dalam hati ini. Masihkah ada kisah layaknya cerita cinta ayah dan bunda. Mereka dipertemukan bukan karena keinginan nafsu dunia, bukan pula karena keinginan hati semata. Akan tetapi mereka dipertemukan oleh cinta suci karena menginginkan Ridha Illahi.

Berawal dari sebuah cerita perjalanan seorang pemuda sederhana yang bernama Malik, yang ingin mengamalkan ilmu yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. berujung pada Takdir cinta yang begitu indah tanpa dicemari noda nafsu dunia.

Keduanya juga adalah insan biasa, yang tiada pernah tahu sipakah gerangan kelak yang kan dianugerahkan Allah menjadi pendamping hidup mereka. Sampai suatu ketika, secara tak terduga si pemuda sederhana begitu terpesona saat mendapati foto seorang gadis berkerudung jingga terselip di Al Qur'an miliknya.

Kaget, terpesona, rasa campur aduk yang tak pernah dia rasakan sebelumnya, hingga ia tenggelam dalam lamunannya. sedetik kemudian dia tersadar, dia tahu dia tidak boleh tenggelam dalam lamunannya. Segera si pemuda beristighfar untuk menenangkan batinnya. Entah siapa yang telah menaruh foto itu, tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. sesaat fikirnya melayang, mencoba menerka siapakah yang telah melakukan hal itu, tetapi kemudian suara deheman yang tak asing di telinganya menyadarkan kembali lamunannya. Segera si pemuda menoleh ke sumber suara. Paklek yang juga adalah guru ngaji si pemuda tersenyum di belakangnya.

"Bagaimana? kamu suka?"

Kaget, dia tak pernah membayangkan sebelumnya. Apa Pakleknya yang telah menaruh foto itu?. Si pemuda hanya mencoba menerka. Kemudian dia kembali terdiam. Bingung fikirnya tak menentu. dan tanpa dia sadari, sang guru ngaji sudah melihat senyum yang tersungging di bibir si pemuda.

“Kalau kamu suka, nanti Paklek bantuin kamu untuk Ta’aruf. Paklek lihat dia anak yang baik. Dia juga salah satu santrinya bulekmu”.

***

Minggu kedua di bulan februari, hari sabtu yang cerah.

Peluh masih membasahi gadis desa yang bernama Asih, yang selalu bekerja keras untuk membantu Ibunya melanjutkan hidupnya. Tiba-tiba saja dia dikagetkan oleh datangnya seorang pemuda yang belum dia kenal sebelumnya. Pemuda itu datang dengan seseorang yang dia tahu adalah suami dari guru ngajinya.

Setelah Asih mempersilahkan ketiga orang tersebut masuk, dari situ Asih tahu bahwa pemuda yang datang itu adalah keponakan dari guru ngajinya. Setelah berbasa basi sebentar, Asih ingat bahwa dia sama sekali tidak mempunyai sesuatu untuk disuguhkan kepada tamu-tamunya. Kemudian Asih pamit untuk kebelakang, setengah berlari dia menuju ke rumah kakak tertuanya. Dia tidak tahu harus bagaimana, masalahnya dia sama sekali tidak menduga akan datangnya guru ngajinya itu bersama suami dan keponakannya. Akhirnya dengan dibantu sang kakak, Asih yang memang pemalu itu kemudian mengetahui bahwamaksud kedatangan dari pemuda yang dia ketahui bernama Malik itu tidak lain adalah untuk berta’aruf kepada Asih. Malu, sekaligus bingung Asih hanya dapat tersenyum.

Dua bulan setelah pertemuan itu, mereka kemudian melangsungkan akad nikah. Berbagai kendala dapat mereka atasi sehingga akhirnya walaupun dengan sederhana, mereka dapat menempuh kehidupan sebagai pasangan suami istri.

Tahun pertama mereka lalui dengan penuh kabahagiaan dan kedamaian, walaupun mereka hidup sederhana. Tahun kedua mereka semakin lengkap dengan kehadiran si buah hati mungil yang begitu mereka sayangi.

Hidup yang dijalani memang terkadang bertentangan dengan apa yang diinginkan setiap manusia. Layaknya pasangan suami istri yang lain, rumah tangga keduanya juga pernah mengalami halangan kerikil-kerikil kehidupan yang memang sudah sewajarnya harus mereka lewati. Tidak sedikit pula cobaan dan masalah yang datang menghempas. Akan tetapi, dengan kesabaran dan keikhlasan untuk mencari Radha Allah, Asih tidak pernah putus asa dalam menghadapi cobaan-cobaan dalam hidup suaminya. Yang dia inginkan, dia akan tetap mendampingi suaminya dalam masa- masa tersulit sekalipun. Dia selalu ingin menjadi wanita cantik kepunyaan Allah SWT, wanita cantik yang melukis kekuatan lewat maslahnya, yang tersenyum disaat tertekan, tertawa disaat hati sedang menangis, yang memberkati disaat terhina,yang mempesona karena memaafkan,dan yang mengasihi tanpa pamrih, serta yang bertambah kuat dalam doa juga pengharapannya.

Allah SWT tidak akan menghuji hamba-Nya melebihi kemampuan mereka, semua masalah dan cobaan dapat mereka retaskan. Hingga kemudian si sulung mempunyai dua orang adik dan beranjak remaja. Kemudian dengan niatan agar si sulung menjadi anak yang solekhah, akhirnya si sulungpun dikirim ke sebuah Pondok Pesantren.

Di saat seperti itulah Allah kembali menguji keimanan h
amba-Nya. Malik harus bersabar ketika Asih jatuh sakit, tumor yang tadinya adalah tumor jinak akhirnya justru menjadi kanker yang kemudian juga menyerang syaraf otaknya. Itu semua karena keterlambatan pemeriksaan dan penanganan yang dilakukan pada Asih. Demi kesembuhan istri dan kelangsungan pendidikan buah hatinya, Malik rela bekerja keras siang dan malam, karena masih tidak mencukupi, terpaksa dia harus mencari pinjaman sampai harus menggadaikan rumah mereka. Malik tak perduli sesulit apapun dan sesakit apapaun, itu semua juga dia lakukan demi cintanya kepada keluarganya. Malam-demi malam mereka hiasi dengan munajat mereka kepada Rabbnya, agar mereka diberikan pertolongan dan kekuatan iman dalam menghadapi segala cobaan.

Lima tahun, Malik menjadi bapak sekaligus ibu bagi ketiga buah hatinya. Asih hanya dapat terbaring lemah, dengan tasbih di tangannya dia mengisi setiap hela nafas yang masih dimilikinya dengan berdzikir mengagungkan Asma-Nya.

Pada Akhirnya, Allah SWT-lah yang kemuadian menentukan kehidupan Malik dan Asih. Tepat pada umur 38 tahun, Asih menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya. Dengan kasih saying yang selalu dilimpahkan Asih untuk keluarganya, Asih sempat dengan tulus berpesan kepada Malik untuk mencari pengganti dirinya agar keluarganya bahagia.

Perih, hati Malik begitu tersayat pabila ingat saat terakhir dia harus melihat Istri yang begitu dicintainya, ibu dari anak-anaknya yang juga masih membutuhkan perhatian. Tapi dia tahu, dia tak boleh tenggelam dalam kesedihan. Dia harus tetap tegar demi buah hati mereka. Dia harus mengikhlaskan Asih, harapannya semoga Asih mendapatkan yang terbaik di sisi-Nya. Dan dia juga harus mendidik ketiga buah hatinya agar dapat tumbuh menjadi anak-anak yang solekh dan solekhah.

Allah, begitu Maha Agung dan Maha Sucinya Engkau. Tak ingin melihat hamba-Nya bersedih, tidak lama kemudian Dia kirimkan pengganti Asih yang begitu dikasihinya,dengan seorang wanita yang cerdas dan begitui menyayangi ketiga buah hatinya layaknya sebagai anak kandung. Hingga kinikeluarga malik begitu lengkap dan bahagia.
Satu doa tulus yang tak pernah lupa ia panjatkan dalam setiap munajat dalam malam-malam ppanjangnya.
"Allah…..Rabby….Jagalah Ibu dari anak-anak hamba….Sayangilah dia….Berikanlah yang terbaik untuk dirinya….seperti yang telah Engkau berikan yang terbaik dalam kehidupan kami….Amien…."


0 komentar:

Followers

Mengenai Saya

Foto saya
Hanyalah ibu dari kedua adik laki-lakiku Yang mencoba untuk tetap bersyukur, atas segala hal yang telah Tuhan anugerahkan Kepadaku. Dan yang terus berusaha mewujudkan mimpi, membina sebuah keluarga kecil yang hidup dalam kejujuran dan cinta...

Arsip Blog