touch every thought with your heart
and u'll see something that was you won in your life

Keluarga Bening Hati

Lagi-lagi tema keluarga, tema ini saya rasa sangat penting dibicarakan karena segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita adalah berawal dari sebuah kata yang begitu bermakna : "Keluarga".

Berikut adalah artikel yang saya unduh dari kotasantri.com.

Penulis : Arda Dinata

Salah satu teladan yang bisa kita contoh dalam membangun kebeningan hati dalam keluarga, selain keluarga Rasulullah SAW, adalah keluarga Khalifah Ali bin Abu Thalib. Ali RA adalah suami dari Fatimah, putri Rasulullah. Beliau sejak kecil hidup bersama Rasulullah, karena Rasulullah pernah diasuh oleh ayah Ali. Setelah Rasulullah menikah dengan Siti Khadijah, Ali ikut bersama Rasulullah dan dibesarkan, diasuh, serta dididik, sehingga tumbuh sebagai anak yang berbudi luhur, cerdik, dan pemberani.

Keberanian dan kebeningan hati Ali ini tercermin pada ikut sertanya dalam hampir seluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah. Ali senantiasa berada di barisan muka. Seringkali kaum muslimin memperoleh kemenangan karena keberaniannya dan ketangkasannya, Ali dikenal dengan Dzulfaqar karena pedangnya yang bermata dua. Namun demikian, Ali sehari-hari dalam keluarga, perilakunya selalu lemah lembut, sebagai pancaran kebeningan hati.

Berkait dengan kebeningan hati ini, Ali RA berkata, "Sesungguhnya Allah Ta'ala di bumiNya mempunyai sebuah wadah, yaitu hati. Maka yang paling dicintai Allah ialah hati yang paling lembut, paling jernih, dan paling keras." Kemudian beliau menafsirkannya. Maka beliau berkata, "Maksudnya ialah yang paling keras dalam agama, paling jernih dalam keyakinan, serta paling lembut terhadap saudara-saudaranya."

Keterangan itu menunjukkan kalau syari'at Islam yang toleran telah memberikan perhatian yang besar terhadap institusi keluarga, sehingga ia menduduki posisi layak yang membuat ia menjadi pijakan kokoh bagi setiap muslim untuk mewujudkan kemuliaan, kehormatan, dan amal shaleh yang bermanfaat.

Untuk mewujudkannya, setiap keluarga perlu dibangun suatu sistem pembelajaran yang dilandasi kebeningan hati. Perumpamaan hati adalah cermin. Selama ia bersih dari kotoran, maka dapatlah dilihat padanya segala sesuatu. Apabila ia tertutup kotoran dan tidak ada yang membersihkannya, maka ia pun diselimuti kotoran, yang pada akhirnya binasa, tidak dapat dibersihkan.

Bukankah, kondisi bening hati dalam keluarga merupakan sesuatu yang dapat melejitkan potensi terciptanya keluarga sakinah? Rasulullah SAW bersabda, "Apabila Allah SWT menghendaki suatu rumah tangga yang baik (bahagia), diberikanNya kecenderungan menghayati ilmu-ilmu agama; yang muda menghormati yang tua; harmoni dalam kehidupan; hemat dan hidup sederhana; melihat (menyadari) cacat-cacat mereka dan kemudian melakukan taubat. Jika Allah SWT menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkanNya mereka dalam kesesatan." (HR. Dailami dan Anas).

Sungguh indah, suatu keluarga yang hidupnya dibangun dengan kebeningan hati. Maka, panjatkanlah selalu doa, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqaan : 74).

Wallahu a'lam.

*) Penulis adalah Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

--- ### ---

0 komentar:

Followers

Mengenai Saya

Foto saya
Hanyalah ibu dari kedua adik laki-lakiku Yang mencoba untuk tetap bersyukur, atas segala hal yang telah Tuhan anugerahkan Kepadaku. Dan yang terus berusaha mewujudkan mimpi, membina sebuah keluarga kecil yang hidup dalam kejujuran dan cinta...

Arsip Blog